Kamis, 03 Mei 2012
kalimat efektif dan paragraf dalam karya tulis ilmiah
Kalimat Efektif dan Paragraf
Mata Kuliah: Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi
Di Susun Oleh:
Anggraeni Puji Wibowo
Erna Ismayanti
Mardiansyah
Nurul Ahyanti
Rindi Pranita Sonjaya
Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kusuma Negara Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya-Nya yang tiada terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Kalimat Efektif dan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan bukan hanya untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi tetapi juga sebagai pedoman unutk menambah pengetahuan tentang Penggunaan Kalimat Efektif dan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu demi kesempuranaan, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 1 Mei 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
1. Latar Belakang 3
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan Penulisan 5
BAB II Pembahasan 6
A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah 6
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah 6
2. Sebab-Sebab ketidakefektifan Kalimat 12
B. Pengertian Paragraf 14
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf 16
2. Jenis-Jenis Paragraf 16
3. Kriteria Paragraf yang Baik 17
BAB III Penutup 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
Daftar Pustaka 20
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester para mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian, mereka diharapakan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar mahasiswa menganggapnya sebagi beban berat. Anggapan tersebut muncul karena kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga, pemikiran, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang bukan merupakan mata kuliah bidang studinya.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, Subarti Akhadiah dkk (1988) mengemukakan bahwa banyak keuntungan yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, antara lain:
1. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita
2. Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan
3. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis
4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat
5. Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif
6. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan
7. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif
8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana menulis di lembaga pendidikan dasar atau menengah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan yang baik memilki beberapa ciri, diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti yang diaparkan di atas, maka dituntut beberapa kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis karangan misalnya, kita harus memilki pengetahuan tenatng apa yang akan ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisan berkaitan erat dengan gagasan pikiran.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik persyaratan utamanya harus memenuhi persyaratan gramatikal. Hal tersebut berarti bahwa kalimat harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut menurut Subarti Akhadiah dkk (1988) meliputi: (1) Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) Aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, (3) Cara memilih kata dalam kalimat (diksi).
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan tepat, sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan oleh penulis.
Sebuah paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun secara terperinci dan terpadu di mana pemaparan materi yang dituangkan dalam sebuah paragraf terdapat inti permasalahan yang dibicarakan. Keterkaitan antar kalimat dalam paragraf juga perlu diperhatikan sehingga penggunaan dan pemilihan bahasa dan kata maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak keluar atau melebar dari pokok permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan pada suatu paragraf yang konsisten dan terpadu.
Sesuai dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah melalui penulisan dengan judul ”Penggunaan Kalimat Efektif dan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah”.
2. RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
3. Apa saja sebab-sebab ketidakefektifan kalimat?
4. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
5. Apa saja jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan penyusunan sebuah karya ilmiah?
6. Apa saja karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah?
7. Bagaimana kriteria paragraf yang baik?
3. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan maksud kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah
2. Mendeskripsikan ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah
3. Mendeskripsikan sebab-sebab ketidakefektifan kalimat
4. Mendeskripsikan maksud paragraf dalam karya tulis ilmiah
5. Mendeskripsikan jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan penyusunan sebuah karya ilmiah
6. Mendeskripsikan karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah
7. Mendeskripsikan kriteria paragraf yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat). Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara tepat dan akurat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu , jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif (Heri dan Anang, 2007).
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah
secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal, bernalar atau logis, efisien, dan jelas. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimilki oleh semua kalimat dalam karya tulis ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan dan kevariasian, hanya berlaku pada kalimat-kalimat tertentu. Sedangkan syarat penekanan tidak bisa ditentukan kebenarannya dalam pemakaian mengingat yang perlu mendapat tekanan dalam suatu kalimat sifat subjektif, sehingga yang tahu secara pasti hanya penulis. Disamping itu cara melakukan penekanan tidak hanya menggunakan satu cara, melainkan tergantung kepada penulisnya. Berikut ini adalah pemaparan ciri-ciri kalimat efektif antara lain:
1) Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh:
Surat itu saya telah tanda tangani.
Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya:
Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
Mike Tyson pukul KO lawannya.
Pemerintah bantu korban bencana alam.
Seharusnya:
Mike Tyson memukul KO lawannya.
Pemerintah membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim.
Contoh:
Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
Ibu saya tampan sekali.
Seharusnya:
Lampu di ruang tamu itu telah mati.
Ibu saya cantik sekali.
2) Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh:
Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
Seharusnya:
Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Contoh:
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya:
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan!
Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:
Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
3) Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak ada unsur mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang sangat sekali.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
Contoh:
Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya:
Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
4) Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.
2. Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
• diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
• memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
• sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
• saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)
• Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:
• para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
• para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
• banyak siswa-siswa (banyak siswa)
• saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
• agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
• disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. Tidak memiliki subjek
Contoh:
• Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
• Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
• Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
• Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
• Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
• Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
5. Salah nalar
Contoh:
• Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
• Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
• Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
• Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
• Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
• Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
• Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
• mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
• menyetop seharusnya menstop
• mensoal seharusnya menyoal
• ilmiawan seharusnya ilmuwan
• sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
• Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)
• Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
• Saya telah katakan … (I have told) (seharusnya telah saya katakan)
8. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
• … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
• … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
• Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
B. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan kumpulan sebuah kalimat yang disusun secara runtut dan terperinci sehingga terbentuklah sebuah susunan yang dikenal dengan satu istilah yaitu paragraf. Pengertian yang berkaitan dengan paragraf sangat banyak, dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang pengertian paragraf yaitu bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru). Apabila dipaparkan secara sistematis maka suatu karangan secara umum merupakan kumpulan dari bab per bab, dalam tiap bab tersebut terdapat beberapa paragraf yang disusun secara sistematis dan konsisten, pada paragraf terdapat kumpulan kalimat-kalimat sebagai pengembangan dari pemaparan satu buah paragraf, dan dalam kalimat tersebut terdapat kumpulan kata-kata yang membangun unsur sebuah kalimat yang efektif dan memenuhi kriteria dalam sebuah kalimat pada tulisan ilmiah. Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf kita dapat membedakan di mana suatu ide mulai dan berakhir.
Dalam bukunya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan memberikan definisi tentang paragraf yaitu;
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf ini terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Dapat diartikan bahwa paragraf merupakan suatu hasil pemikiran yang mana dalam paragraf tersebut terdapat inti maupun pokok permasalahan yang menjadi satu hal yang perlu dijelaskan atau dipaparkan sehingga dapat sebuah paragraf terdapat beberapa kalimat yang membangun unsur paragraf. Kalimat-kalimat penjelas/pengiring bertujuan untuk menerangkan dan mengembangkan kalimat pokok yang menjadi fokus pembicaraan sehingga isi dalam paragraf tersebut dapat dipaparkan secara luas dan terpadu namun tidak keluar/keluar bahkan menyimpang dari pokok pembicaraan dalam paragraf tersebut.
Menurut Oxford Dictionary paragraph is a division of a piece writing, started on a new line. Paragraf juga dapat diartikan sebagai a short part of a text, consisting of at least one sentence and beginning on a new line. It usually deals with a single event, description, idea, etc. Paragraf merupakan bagian yang pendek dari sebuah teks/bacaan, pada umumnya terdiri dari sedikitnya satu kalimat, dan dimulai dengan sebuah baris baru. Di dalam ensiklopedia bebas wikipedia.com terdapat definisi tentang paragraf yaitu a paragraph (from the Greek paragraphos, “to write beside” or “written beside”) is a self-contained unit of a discourse in writing dealing with a particular point or idea, paragraphs consist of one or more sentences. Paragraf dalam bahasa Yunani berasal dari kata paragraphos, merupakan hasil pemikiran yang terdiri dari satu atau lebig kalimat yang saling terkait antar kalimat dalam paragraf tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa the start of a paragraph is indicated by beginning on a new line, sometimes the first line is indented, at various times, the beginning of a paragraph has been indicated by the pilcrow: ¶. Awal sebuah paragraf ditandai dengan dimulainya sebuah baris baru, kadangkala awal dari baris tersebut mengarah ke dalam (tidak simetris dengan baris sebelum dan sesudahnya), namun pada ada juga pada sebuah awal suatu paragraf ditandai dengan tanda ¶.
Di luar daripada konteks di atas mengenai definisi paragraf sebagaimana dipaparkan di atas, Zaenal Arifin dan Amran Tasai juga memberikan definisi tentang paragraf, sebagai berikut;
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa satua paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.
Dari pemaparan Zainal Arifin dan Amran Tasai di atas dapat disarikan bahwa paragraf merupakan kumpulan kalimat, terdapat satu pokok fokus pembicaraan yang dipaparkan dalam beberapa kalimat yang mana dalam sebuah paragraf tidak mengikat terdiri atas berapa kalimat, dapat satu kalimat, dua kalimat, bahkan lebih dari lima kalimat. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pembicaraan fokus yang dikembangkan dalam satu, dua, tiga, bahkan lebih dari kalimat yang mana jumlah kalimat tergantung dari unsur pokok fokus pembicaraan dan tidak ada istilah dalam satu paragraf membicarakan topik yang berlainan dengan topik yang dibicarakan dalam paragraf tersebut.
Secara umum definisi paragraf dapat dijabarkan bahwa paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang saling terkait satu kalimat dengan lainnya, paragraf merupakan bagian dari suatu bab yang tersusun secara runtut dan terpadu, pada umumnya sebuah paragraf ditandai dengan penulisan pada baris baru dengan penulisan awal hurufnya mengarah ke dalam, dalam sebuah paragraf terdapat kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup. Adapun dalam sebuah penyusunan paragraf tidak dibenarkan membicarakan/membahas materi yang berseberangan dengan fikus materi yang dibicarakan dalam satu paragraf karena sebuah paragraf merupakan satu kesatuan utuh sebuah pemaparan permasalahan atau materi yang utuh dan terpadu.
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf
Secara umum dalam sebuah paragraf terdapat tiga unsur utama antara lain; kalimat pembuka, kalimat inti, dan kalimat penutup. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Oleh karena itu, paragraf yang baik terdapat beberapa unsur di atas, namun tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua paragraf dengan ketiga unsur tersebut dipenuhi namun kenyataan yang ada content materi yang dipaparkan tidak sistematis bahkan tidak berarah sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami maksud dari isi paragraf tersebut.
Dalam bukunya “Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia”, Zainuddin menyatakan bahwa;
Paragraf merupakan bentuk yang ikut mendukung suatu gagasan atau buah pikiran yang berwujud atau berbentuk karangan. Pada dasarnya, paragraf mengandung satu sub-buah pikiran atau bagian buah pikiran dalam karangan. Dengan demikian, paragraf mengandung satu ide atau satu pikiran.
Hal ini menunjukan bahwa sebuah paragraf sudah tentu mengandung sebuah atau bagian dari pokok permasalahan atau materi yang hendak dipaparkan dengan menganut prinsip konsistensi dalam pemaparannya agar terhindar dari penggunaan kata-kata maupun kalimat yang tidak sesuai atau di luar materi yang dibahas.
2. Jenis-Jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraf sangat beragam bila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Adapun menurut tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 antara lain; paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup.
Paragraf pembuka memiliki fungsi sebagai pengantar untuk mencapai pokok permasalahan/topik yang akan dikembangkan/diuraikan. Oleh karena itu, pada paragraf pembuka ini perlu dipikirkan sesuatu yang menarik perhatian pembaca sehingga menarik minat dan perhatian pembaca dan pembacapun akan merasa kurang apabila tidak menyelesaikan bacaan yang sedang dibacanya. Selain itu, paragraf pembuka juga berberan sebagai pengantar dalam menyiapkan pikiran pembaca terhadap fokus permasalahan yang akan dipaparkan. Implikasi dari hal tersebut menyarankan bahwa dalam penyusunan dan penulisan paragraf pembuka ini menuntut penggunaan kalimat yang tidak terlalu panjang agar tidak membuat pembaca bingung dengan panjangnya paragraf yang merupakan kategori paragraf pembuka tersebut.
Dalam paragraf penghubung, masalah yang akan diuraikan terdapat di dalam paragraf ini. Dalam paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dipaparkan secara panjang lebar, tentunya dengan memperhatikan penggunaan kata-kata dan kalimat yang efektif dan efisien. Oleh karenanya, antara paragraf satu dengan paragraf lain dan berikutnya harus saling terhubung secara logis sehingga memudahkan pembaca dalam mengerti dan memahami apa sebenarnya yang akan disampaikan penulis.
Paragraf penutup merupakan akhir dari sebuah karangan. Dalam sebuah penyusunan dan penulisan suatu karya ilmiah, paragraf penutup terdapat kesimpulan yang merupakan intisari dari pokok permasalahan/topik yang dipaparkan dalam paragraf penghubung. Selain intisari dalam paragraf penutup pada umumnya mengandung unsur penegasan dari pemaparan pokok permasalahan/topik yang dijelaskan mengenai hal-hal yang dianggap penting pada paragraf penghubung. Paragraf penutup berfungsi mengakhiri sebuah karangan sehingga mengimplikasikan pada banyaknya kalimat/kata yang tidak terlalu panjang agar mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Selain menurut tujuannya, Ilham Mulia memaparkan jenis-jenis paragraf menurut letak kalimat utamanya ke dalam empat jenis antara lain; paragraf deduktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal kalimat, paragraf induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir kalimat, paragraf campuran yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf, dan paragraf yang tidak memiliki kalimat utama yaitu paragraf yang gagasan utamanya tersebar secara seimbang dan merata pada setiap kalimat.
3. Kriteria Paragraf yang Baik
Untuk membuat sebuah paragraf yang baik dan benar menurut ketentuan dan kaidah-kaidah yang berlaku perlu diketahui tiga komponen yang disyaratkan sebagai sebuah paragraf yang baik dan benar. Syarat pembentukan paragraf dimaksud menurut Sabarti Akhadiah, et. al. terdapat tiga unsur yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
1) Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur- unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
2) Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan/koherensi dititikberatkan pada hubungan antar kalimat dengan kalimat. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis tersebut akan terlihat pada pola susunan antar kalimat yang terdapat pada paragraf tersebut. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikantiga hal, antara lain; pertama, unsur kebahasaan yang digambarkan antara lain dengan; (1) repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, (2) kata transisi atau ungkapan penghubung, (3) paralelisme, (4) pemerincian dan urutan isi paragraf. Kedua, perincian dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab–akibat , akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para mahasiswa khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah, kegiatan menulis karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi diri, mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, salah satunya yaitu penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan kepada pembaca sebagaimana yang dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki empat persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun berdasarkan kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi yang disampaikan penulis dapat diterima oleh akal sehat. Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut tidak ditemukan unsur yang boros atau mubazir. Sedangkan kejelasan kalimat berhubungan dengan ketidakambiguan makna yang terkandung dalam kalimat.
Penggunaan paragraf setidaknya dapat mempermudah seorang penulis dalam membuat suatu karya ilmiah baik dalam bentuk sederhana maupun kompleks agar pembahasan suatu pokok permasalahan tidak keluar dari topik yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya paragraf, penulis akan lebih mudah mengkategorikan pokok materi yang akan menjadi pokok pembicaraan pada pemaparan yang dituangkan dalam bentuk paragraf tersebut.
B. SARAN
Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa memperhatikan penggunaan kalimat efektif. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm-bind/ akses 12 Oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://www.brainyquote.com/words/pa/paragraph199391.html
Arifin, Zaenal, et. al. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2008
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Jumat, 27 April 2012
Elektrolisis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Elektrolisis yaitu peristiwa penguraian atas suatu larutan elektrolit yang telah dilaliri oleh aurs listrik searah. Sedangkan sel di mana terjadinya reaksi tersebut disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat menghantarkan listrik yang disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai katoda.
Reaksi-reaksi elektrolisis bergantung pada potensial electrode, konsentrasi, dan over potensial dari spesi yang terdapat dalam sel elektrolisis. Pada sel elektrolisis katode bermuatan negative, sedangkan anode bermuatan positif. Kemudian kation direduksi di katode, sedangkan anion diosidasi di anode.
Elektrolisis mempunyai banyak keguanaan, di antaranya yaitu dapat memperoleh unsure-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen, keudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan, digunakan dalam pemurnian suatu logam, serta salah satu proses elektrolisis yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam lain.
Seperti yang telah diketahui di atas, elektrolisis mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penting agar mahasiswa melakukan praktikum ini agar mahasiswa lebih mengetahui dan dapat mempelajari proses dari elktrolisis.
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara perubahan zat dan arus listrik yang berlangsung dalam sel elektrokimia. Dalam kehidupan sehari-hari penerapan elektrolisis sangat banyak, misalnya dalam dunia industri seperti pemurnian logam.Oleh karena itu, pemahaman akan elektrolisis sangat penting, dan melalui percobaan ini diharapkan praktikan mendapatkan lebih banyak pengetahuan.
2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian elektrolisis
2. Mengetahui cara menuliskan reaksi kimia dalam elektrolisis
3. Mengetahui penggunaan elektrolisis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Elektrolisis
Elektrolisis merupakan elektrokimia yang menggunakan energy listrik agar reaksi kimia dapat terjadi. Pada elektrolisis, katode bermuatan negative, sedangkan anode bermuatan positif. Untuk memahaminya, perhatikanllah contoh berikut:
1. Katode : Sn2+(aq) + 2e- → Sn(s)
Anode : Cu (s) → Cu2+(aq) + 2e- +
Sn2+(aq) + Cu → Sn(s) + Cu2+(aq)
2. MgCl2 → Mg2+ + 2Cl-
Katode : Mg2+ +2e- → Mg
Anode : 2Cl- → Cl2 + 2e- +
MgCl2 → Mg + Cl2
B. Cara Kerja Elektrolisis
Elektrolisis terdiri atas zat yang dapat mengalami ionisasi (larutan atau lelehan), elektorde, dan sumber listrik (baterai). Mula-mula aliran listrik dialirkan dari kutub negative baterai ke katode yang bermuatan negative. Larutan atau lelehan akan terionisasi menjadi kation dan anion. Selanjutnya, kation di katode akan mengalami reduksi. Di anode, anion akan mengalami oksidasi.
C. Cara Menuliskan Reaksi Kimia dalam Elektrolisis
Berdasarkan jenis elektrolitnya, reaksi pada elektrolisis dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu elektrolisis dengan elektrolit larutan dan elektrolisis dengan elektrolit lelehan.
1) Elektrolisis Dengan Elektrolit Larutan
Larutan elektrolit diperoleh dengan cara melarutkan padatan elektrolit di dalam air. Zat yang dapat mengalami reaksi redoks bukan hanya kation dan anionnya, tetapi juga pelarutnya (H2O). dengan demikian, terjadi kompetisi antaraion-ion dan molekul H2O. Pemenang kompetisi bergantung pada harga potensial standar sel (E°), jenis electrode, dan jenis anion. Semakin besar nilai E°, semakin mudah reaksi induksi terjadi.
Untuk memudahkan penulisan reaksi kimia pada elektrolisis dengan elektrolit larutan, gunakan diagram alir berikut!
2) Elektrolisis Dengan Elektrolit Lelehan
Lelehan elektrolit diperoleh dengan cara memanaskan padatan elektrolit tanpa melibatkan air. Kation di katode akan direduksi, sedangkan anion di anode akan dioksidasi. Electrode yang digunakan merupakan electrode inert (tidak akan bereaksi) seoerti platina atau grafit.
setelah membaca dari beberapa sumber ternyata yang dituliskan dalam reaksi elektrolisis bukan hanya reaksi di katoda (+) dan anoda (-) saja, tetapi reaksi penguraiannya juga. sebagai gambaran saya beri beberapa contoh reaksi elektrolisis.
1. elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt
AgNO3 → Ag+ + NO3- x4
Katoda : Ag+(aq) + e- → Ag(s) x4
Anoda : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e- x1
4AgNO3 → 4Ag+ + 4NO3-
Katoda (+) : 4Ag+(aq) + 4e- → 4Ag(s)
Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
Reaksi sel : 4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4H+(aq) + 4NO3- + O2(g)
4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4HNO3 + O2(g)
2. elektrolisi leburan NaCl dengan elektroda Cu ( ingat Cu tidak inert)
NaCl → Na+ + Cl- x2
Katoda (+) : Na+(aq) + e- → Na(s) x2
Anoda (-) : Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e- x1
2NaCl → 2Na+ + 2Cl-
Katoda (+) : 2Na+(aq) + 2e- → 2Na(s)
Anoda (-) : Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
Reaksi sel : 2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + Cu2+ + 2Cl-
2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + CuCl2
D. Penggunaan Elektrolisis
Sangat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari reaksi elektrolisis, baik dalam bidang industri maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, yang akan dibahas pada halaman web ini hanya beberapa saja, di antaranya adalah dalam produksi zat, pemurnian Logam, dan penyepuhan.
a) Produksi zat
Banyak zat kimia yang diproduksi melalui elektrolisis seperti logam-logam alkali, magnesium, aluminium, fluorin, klorin, natrium, dan lainnya.
Contoh: produksi klorin dan NaOH dalam industri
Secara industri klorin dan NaOH dapat dibuat melalui elektrolisis larutan natrium klorida.Proses ini disebut proses klor-alkali.
Elektrolisis larutan NaCl ini dapat menghasilkan NaOH dan
Reaksinya:
Reaksi yang terjadi:
Pada proses elektrolisis keadaan harus dijaga agar yang terbebtuk tidak bereaksi dengan NaOH. Oleh karena itu ruang anoda dan katoda dipisahkan dengan berbagai cara, yaitu dengan sel diafragma atau sel merkuri.
b) Pemurnian Logam
Salah satu contoh pemurnian logam yang akan dibahas kali ini adalah pemurnian logam tembaga.
Tembaga di murnikan secara elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anoda, sedangkan pada katoda digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan . Selama elektrolisis, tembaga dari anoda terus menerus dilarutkan kemudian diendapkan pada katode.
Reaksinya:
c) Penyepuhan
Penyepuhan digunakan untuk melindungi logam terhadap korosi, atau untuk memperbaiki penapilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan ketoda, sedangkan logam penyepuh sebagai katoda. Kedua elektroda harus dicelup kedalam larutan garam dari logam penyepuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Daftar Pustaka
Justiana, Sandri. 2009. Kimia 3. Jakarta: Yudistira.
http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/percobaan-elektrolisis/
http://jeffrysains.blogspot.com/2009/11/karya-ilmiah-kimia-reaksi-elektrolisis.html
Kamis, 26 Januari 2012
listrik dinamis
LISTRIK DINAMIS
KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)
Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)
Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT
Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:
HUKUM I KIRCHOFF
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang, hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.
Hukum I Kirchoff berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
HUKUM II KIRCHOFF
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:
ENERGI LISTRIK
Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)
Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)
Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT
Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:
HUKUM I KIRCHOFF
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang, hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.
Hukum I Kirchoff berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
HUKUM II KIRCHOFF
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:
ENERGI LISTRIK
Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
Langganan:
Postingan (Atom)